Sabtu, 16 Oktober 2010

Konsumen Pecas Ndahe

Perilaku konsumen telah berubah. Sebelum membeli, mereka memanfaatkan Internet untuk membandingkan satu produk dengan produk lain. Konsumen semakin cerdas?
Bulan purnama membuat Sabtu pekan lalu terasa sangat lengas. Hawa panas menerpa sepanjang hari, membuat saya malas keluar rumah. Kebetulan juga karena sedang bokek, sekalian saja saya melewatkan weekend di rumah saja.
Iseng-iseng saya menyalakan televisi dan menemukan acara bincang-bincang yang menarik perhatian di Metro TV. Dipandu oleh Desy Anwar, acara itu menampilkan dua pembicara: Hermawan Kertajaya dan Philip Kotler. Tak sulit ditebak. Dari profil kedua pembicara ini sudah jelas terlihat bahwa tema bincang-bincang pasti mengenai pemasaran.
Benar saja. Begitu menyimak perbincangan mereka, saya tahu bahwa mereka memang tengah membahas perihal ilmu marketing dan perilaku konsumen masa kini.
Aha! Saya bukan ahli pemasaran seperti Hermawan atau Kotler. Pun bukan penulis blog mengenai marketing seperti , Nukman Luthfie yang kemlinthi tapi baik hati itu.
Nukman who? Ealah, sampean ndak kenal? Wah, kelewatan …
Oke. Ndak apa-apa. Saya toh bukan hendak membahas soal Nukman. Saya hanya ingin berbagi cerita dengan sampean tentang acara bincang-bincang itu.
Sayang sekali, saya ternyata sudah tertinggal tayangan itu beberapa menit. Saya hanya kebagian sedikit bagian ketika Kotler tengah menjelaskan fenomena perubahan perilaku konsumen dan konsekuensinya bagi para produsen.
“Produsen dituntut untuk terus meningkatkan kualitas produk mereka, dan metode pemasaran baru. Iklan saja tidak cukup. Di televisi, misalnya, sepotong iklan tak banyak menyediakan informasi mengenai sebuah produk,” kata Kotler.
Di sisi lain, konsumen semakin pintar. Sebelum membeli sesuatu, mereka akan bertanya ke kiri dan kanan, juga melakukan semacam survei, riset kecil-kecilan.
The world is flat. Horizontal marketing menjadi kata kunci.
Kotler lalu memberi contoh. Ketika hendak membeli mobil, misalnya, dia akan mencari informasi di Internet. Ia memanfaatkan Google, membuka satu demi satu blog yang mengulas masalah otomotif, Youtube, menelusuri mailing-list, dan situs-situs tentang mobil.
Setelah merasa mendapatkan cukup informasi tentang sebuah mobil, baru dia mendatangi showroom atau dealer untuk uji kendara (d/h test drive). “Tapi, meski sudah merasa cocok, saya tak akan langsung membeli mobil itu,” kata Kotler.
Ia akan pulang ke rumah dan kembali mengakses Internet untuk mencari penjual mobil yang menawarkan harga termurah. Ia membuka-buka situs penjual mobil, bahkan Facebook.
“Di Facebook saya memasang status, sebuah pertanyaan untuk teman-teman yang pernah memakai atau memiliki mobil yang saya mau. Bagaimana pendapat mereka tentang mobil itu? Lalu mereka mengirim respons. Dan saya mendapatkan informasi berlimpah sampai akhirnya saya benar-benar memutuskan membeli mobil.”
Meski bukan ahli pemasaran atau pengamat perilaku konsumen, saya merasa ilustrasi yang dituturkan Kotler sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Para pengguna Internet, juga blogger, memang selalu mencari informasi tentang sebuah produk sebelum membeli. Di era web 2.0 ini, sebelum membeli sesuatu, kita akan bertanya ke sesama teman dan ke Google.
Kalau dirasa masih kurang yakin, kita — para konsumen masa kini — akan memanfaatkan media-media sosial dan jejaring sosial untuk mendapatkan lebih banyak informasi mengenai sebuah produk, merek, atau layanan. Membandingkan satu dengan yang lain. Terutama ketika mereka hendak produk teknologi, seperti kamera digital, kamera video, handphone, komputer, atau laptop.
notebook ndoro kakung
Tanpa saya sadari, saya pun saya telah melakukannya. Ketika hendak mengganti notebook Acer Aspire 5583 NWXMI saya yang sudah jadul itu, saya membuka-buka blog-blog beberapa kawan yang saya tahu biasa menulis tentang teknologi. Saya ingin mengetahui pendapat mereka tentang merek-merek notebook di pasar.
Saya juga membongkar koleksi Youtube untuk mencari aneka video presentasi soal notebook. Saya bandingkan satu demi satu kelebihan dan kekurangan setiap notebook. Saya bahkan menemukan sebuah riset tentang 10 hal yang paling diinginkan konsumen dari sebuah notebook.
Pendek kata, saya berusaha menjadi konsumen yang cerdas. Mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, dari mana saja, sebelum memutuskan membeli sesuatu. Bersyukurlah ada Internet yang membantu saya memperoleh informasi yang saya butuhkan.

http://rumahmadina.com/blog-artikel-umum/konsumen-pecas-ndahe/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar